3D Workshop From SWE Jakarta


Awal tahun 2019, tepatnya pada tanggal 5 dan 12 Januari 2019, saya dan kawan saya, Gisha  mengikuti 3D printed workshop yang diselenggarakan oleh SWE (Society of Women Engineers)  Jakarta di Pacific Place Mall. Hal ini tentunya berawal dari keisengan saya scrolling di IG  untuk mencari kegiatan dan kursus baik berbayar ataupun tidak. All hail to me, sang ratu les. Haha.

Promosi awal dari kegiatan ini adalah selama 2 hari dalam 2 pekan akan diberikan pelatihan cara membuat desain 3D dan akan dicetak menggunakan mesin. Cukup wow bagi saya sehingga akhirnya saya memutuskan mendaftar.

Karena lokasi workshop ada di Pacific Place, maka kami memutuskan untuk naik Grab saja demi kemalasan kami. Haha. Lokasi tepatnya ada di @America dan cukup membuat saya terkesima bagaimana Kedutaan Besar Amerika bisa memiliki concern untuk membuat tempat seperti ini dengan banyak event yang sebagian besar adalah gratis cin. Karena lokasinya steril, maka kami diwajibkan melewati pemeriksaan dan mengumpulkan tas di penitipan. Mau tidak mau memang agak rempong membawa laptop dan printilan lain menuju ruang kelas.


Day 1

Hari pertama workshop kami diberi pengantar berupa implementasi dari penggunaan software 3D di dunia kerja. Pengisi materi ada dari Pak Jimmy Bowie Sudomo. Beliau menceritakan bagaimana software 3D ini mengubah trend dimana pembuatan desain furniture kayu dengan cara dipahat oleh manusia digeser oleh mesin. Yang diperlukan hanyalah desain 3D dan mesin yang dapat membaca desain tersebut. Hal tersebut menjadi bisnis yang ditekuni oleh Pak Bowie saat ini.

Program yang digunakan adalah open software dimana semua orang bisa mengakses yaitu Autodesk TinkerCad. Bahkan sesama pengguna software tersebut bisa saling berbagi desain mereka ataupun menjualnya. Program ini didesain untuk usi 6 sampai dengan 12 tahun, dimana desain yang dibuat dapat dicetak dalam bentuk 3D dan dapat di-coding *tidak mengherankan karena pada saat itu ada 2 orang peserta dengan usia masih sangat remaja namun sudah skilled dengan program ini.

Metode pencetakan hasil desain salah satunya adalah menggunakan powder based dengan biaya Rp 150,- per gram. Ada juga yang menggunakan metode printing dengan filament. yang membedakan adalah toleransi ketipisan desain dari setiap metode berbeda-beda. Ngomong-ngomong tentang desain 3D dan pencetakan, saya jadi teringat masa kuliah saya dimana saya menggunakan software Solidworks (yang mana disuruh bikin mur dan baut tapi tidak bisa cocok karena salah ukuran haha).
Ada juga mata kuliah Teknik Material dimana saya belajar cara mencetak dengan molding.

Hari pertama difokuskan berlatih dasar-dasar fungsi desain.

Suasana lesehan saat workshop
Tampilan software TinkerCad




Disamping itu kami juga ditunjukkan proses pencetakan desain 3D dan beberapa produk yang sudah dicetak.

Mesin printing powder based

Mesin printing powder based 

Hasil printing sebagai suvenir workshop


Day 2

Pada pertemuan kedua, kegiatan lebih fokus ke pembuatan desain masing-masing orang. Pada minggu sebelumnya sudah diarahkan agar menyiapkan desain benda berukuran maksimal 10 cm x 1 cm dengan ketentuan bukan benda padat (harus berongga) untuk memudahkan pada saat proses printing. 
Karena tidak ada ide dan keterbatasan skill (haha) akhirnya saya hanya membuat desain sederhaa berupa kotak persegi panjang dengan tempelan asesoris. 

This is it! My absurb design!

Setelah desain jadi, kemudian dikumpulkan untuk selanjutnya dicetak menggunakan mesin yang akan dilakukan oleh pihak SWE. Dan taraaaa......jadilah semuanya. Sayangnya karena kendala jarak (duh) dan kemalasan hati, maka saya belum mengambil cetakan jadinya.

Dapatkah anda menemukan milikku diantara yang lain?


Every artist was first an amateur
-- Ralph Waldo Emerson


























Comments

Popular Posts