Jurnal Bekal #Matrikulasi 10 Institut Ibu Profesional

Setelah berpuas hati dengan libur lebaran (kaya kerja aja padahal juga di rumah ya), akhirnya dimulai kembali program Matrikulasi 10 Institut Ibu Profesional (IIP). Materi untuk Pos 2 adalah Bahagia Belajar dan Critical Thinking.

Tanpa disadari, Alhamdulillah dengan mengikuti kegiatan Ibu Profesional banyak memberikan wawasan baru. Bukan hanya sebagai pengisi waktu setelah berkarir di rumah saja ya. Jangan dikira perempuan di ranah domestik lebih mudah dibandingkan yang berkarir di ranah publik. Masing-masing ada tantangannya, sudah cukup tidak perlu menjadi kaum mendang-mending hehe. Been there, done that.

Oke, kembali lagi ke topik pembelajaran Matrikulasi kali ini. Duluuuu sekali (circa 2018) sebenarnya sudah sempat ikut Matrikulasi batch 7. Sepertinya memang ada perubahan dalam kurikulum IIP, jadi kemudian akhirnya saya mengikuti Foundation 12 dan dilanjutkan ikut Matrikulasi 10. Tidak mengapa, karena sejujurnya agak ter-skip ketika masih mengikuti kelas pada saat bekerja. Sebenarnya lebih ke belum menemukan strong why sih ya, dan ditambah kesibukan bekerja di kantor (alasaaan).

Kali ini kami diminta menuliskan bekal apa saja yang kiranya kami butuhkan sebagai Mahasiswa IIP (uhuy, mahasiswa), dan menganalisis bekal tersebut menggunakan metode 5W 1H lalu disaring kembali dengan metode 3B (apakah benar? apakah baik? apakah bermanfaat?) dan tidak lupa disesuaikan dengan Code of Conduct (COC) IIP.

Pada awalnya pasti agak bingung. Apaan sih ini? Kok bingung ya? 

Tapi ketika dibaca ulang dan diresapi kembali, saya menjadi semakin paham.

Ya, untuk menjalani tahapan sebagai mahasiswa IIP tentu tidak mudah. Ada banyak tahapan yang harus dilalui, dimulai dari Matrikulasi, Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan Bunda Salehah. 

Wow, banyak juga kan. Tahapan Matrikulasi ini saja membutuhkan waktu selama sekitar 1.5 bulan. Jadi wajar saja kalau diminta menyiapkan bekal.

Kemudian saya berpikir, apa saja ya bekalnya? Sebenarnya bekalnya harus banyak sih, namanya saja jenjang untuk menjadi Ibu Profesional. Namun saya memilih untuk fokus dengan 3 bekal yang menurut saya harus saya miliki. 

Kenapa hanya 3? Hri, itu sudah banyak, haha. Yuk, saya coba jelaskan setelah ini. Hitung-hitung sebenarnya dengan menuliskan ini jadi semacam media refleksi untuk menemukan strong why kenapa saya akhirnya bergabung dengan IP.


NIAT

Sudah disampaikan pada sesi Seputar Jelajah Misi (Selam) 2 tadi malam, Widya Iswara (WI) Mba Dyas sebagai pembicara memberikan contoh bekal yang menurut beliau harus dimiliki adalah NIAT.

Yes, betul juga. Kalau sudah niat, apapun pasti akan diusahakan (dengan cara yang baik ya). Tapi kalau memang sudah tidak niat ya mau diapakan juga akan mudah goyah. 

Ada hadisnya juga nih, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya" (HR Bukhari dan Muslim). Sebenarnya kesentil juga, merasa diingatkan kembali tujuan awal kenapa ikut IIP. Mau eksis? Biar dibilang keren? Hmm, no no. 

Tujuan saya tentu saja ingin mencari ilmu bagaimana agar dapat menjadi perempuan sebagai individu, istri dan ibu yang berdaya dan juga berdampak kepada orang lain. Yah, biar ga muluk-muluk, minimal untuk diri sendiri dan suami dulu awalnya.

Melalui program Foundation, saya disadarkan bahwa manajemen waktu itu penting. Selama ini hanya terbatas dengan menyusun rencana aktivitas sehari-hari. Tentu saja dengan buaaaanyaaak distraksi yang kemudian dianggap ya sudahlah mau gimana.

Padahal kalau dievaluasi kembali ternyata distraksinya kok lebih banyak daripada fokusnya ya. Hahaha (tertawa sedih). Jadi deh, mencoba mencatat kembali penggunaan waktu sehari-hari, sambil diingatkan juga kalau setiap waktu yang kita habiskan tuh dicatat sama malaikat.

Niat yang dimaksudkan disini saya anggap menjadi satu dengan komitmen ya. Kalau sudah niat tentu harus dibarengi dengan komitmen dong. Agenda Matrikulasi sudah diberikan jadwal yang sangaaaat teratur selama program dilaksanakan. Setiap Senin dan Selasa akan ada live meeting yang waktunya ditentukan kemudian. 

Paling berat tentu saja jika agenda tersebut dilakukan di malam hari, sejauh ini biasanya antara pukul 19.30 dan 20.00 WIB. Sedangkan di tempat saya tentu saja sudah lebih malam alias 1 jam lebih cepat karena ada di wilayah WITA. Saya sadari sendiri bahwa saya sudah punya niat untuk menjadi mahasiswa IIP yang berusaha mengikuti COC IIP dengan baik, 

salah satunya adalah dengan memliki adab yang baik, di dalamnya termasuk dengan menjaga niat, menuntaskan ilmu, bersungguh-sungguh menjalankan tugas, dan hadir tepat waktu.

Maka saya berusaha semaksimal mungkin agar dapat hadir selama live berlangsung dan tepat waktu. Alhamdulillah, biasanya di waktu yang sama mungkin sudah bersiap untuk tidur (tapi masih scrolling handphone atau nonton drakor) pelan-pelan diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.


MANAJEMEN WAKTU

Sebelumnya di atas juga sempat dituliskan ya, saya akui bahwa manajemen waktu saya masih belum optimal. It's okay not to be okay kok. Kan sudah belajar dari pengalaman, sekarang juga sudah berusaha bagaimana menggunakan waktu dengan bijak.

Tanpa disadari, generasi millenial yang sudah terbiasa hidup dengan handphone dan internet, maka tiada hari tanpa scrolling. Entah hanya sekedar membalas pesan, buka media sosial atau yang memakan durasi lama adalah menonton drama Korea. Intinya, semuanya aktivitas tersebut menghabiskan waktu. Tinggal kita yang menentukan mana yang akan menjadi prioritas kita.

Pas sekali dengan bulan Ramadan, saya berusaha mengurangi screen time dan goler-goler time saya, tujuannya tentu saja agar bisa lebih fokus ibadah. Lepas Ramadan, saya juga masih berusaha menerapkan hal yang sama. Sulit dan butuh tenaga ekstra, tapi bukan hal yang mustahil. Fuh..fuuuh..tiup setan jauh-jauh. 

Saya ingat-ingat kembali pesan yang berulang kali disampaikan, jangan menunda-nunda waktu pengerjaan tugas Matrikulasi. Hari Senin belajar materi baru, Selasa diskusi tugas baru, dan Jumat sudah harus mengumpulkan. Ada waktu 3 hari penuh untuk mengerjakan tugas. 

Bagaimana caranya agar bisa memanfaatkan 3 hari tersebut dengan optimal? Tentu saja dengan ikut sesi live tepat waktu, jadi sisa waktu lainnya bisa digunakan untuk mengerjakan tugas tanpa terburu-buru. Jangan lupa, saya juga masih ada amanah di rumah mengerjakan aktivitas harian lainnya. 


BAHAGIA BELAJAR

Kok nyontek materi kemarin ya? Haha, iya sebenernya juga ingin menambahkan critical thinking juga sih. Tapi lalu bingung kok banyaaak.

Kenapa harus bahagia belajar? Kenapa? Kenapa? Padahal dulu belajar kuliah rasanya tidak bahagia. Ups. 

Balik lagi ke definisi bahagia yang disampaikan Ibu Septi Peni Wulandari, "Bahagia – bukan sesuatu yang berjalan dengan baik, melainkan bagaimana kita bisa sesllu merespon segala kejadian dalam hidup dengan MINDSET YANG BAIK"

Bahagia itu diciptakan, bukan ditunggu. Duh, kenapa lah baru tahu ilmunya sekarang. Sementara di luar sana banyak yang bicara kalau "Saya bahagia kalau sudah menikah", "Saya bahagia kalau anak saya nurut", "Bapak bahagia kalau kamu sudah ketemu jodoh".

Errrr, kesannya bahagia pake syarat, pakai term and condition, malah bahagia dengan bergantung kepada orang lain yang mana kita belum tentu punya kendali terhadap hal tersebut. Saya tidak bahagia karena anak saya belum juga menikah. Hellooo, pak, bu, saya juga pinginnya nikah, tapi namanya juga belum ketemu jodoh, terus saya ga boleh bahagia? (eh bukan curhat ya haha)

Balik lagi ke bahagia belajar. Sebenarnya mungkin agak berbeda dengan yang disampaikan sebelumnya oleh IIP. Menurut saya yang disampaikan lebih ke teknis penerapan praktisnya, yaitu dengan mengenali stimulus yang ada, mengambil jeda lalu mengelola rasa tersebut dan diakhiri dengan critical thinking. 

Masih agak bingung sebenarnya, tapi semoga tidak salah menangkap. 

Bagi saya sendiri, bahagia belajar saya anggap sebagai salah satu bekal yang dibutuhkan karena tentu saja agar kita dapat menjalani dan melewati seluruh aktivitas sebagai mahasiswa IIP dengan bahagia. Proses belajar yang membutuhkan tahapan perlahan dan waktu yang tidak sebentar tentu butuh alasan yang kuat. 

Maka saya jadikan bahwa bahagia belajar perlu saya usahakan untuk hadir dalam setiap proses yang saya lalui.


Lalu..lalu... ini dimana bagian menganalisis 5W 1H nya ya? Mana 3B nya juga? 


Nah, akan saya coba jelaskan disini ya.


WHAT

Apa yang saya butuhkan sebagai bekal untuk menjalani Matrikulasi?

Ada 3. Niat, manajemen waktu dan bahagia belajar.


WHO

Siapa yang membutuhkan bekal tersebut?

Tentu saja saya sebagai mahasiswa IIP.


WHEN 

Kapan saya  membutuhkan bekal tersebut?

Tentu saja selama menjadi mahasiswa IIP. Tapi tidak menutup kemungkinan di aktivitas apapun sih ya.


WHERE

Dimana saya  membutuhkan bekal tersebut?

Dimana saja selama saya mengikuti pembelajaran di IIP. Ini juga berlaku secara umum di mana saja.


WHY

Kenapa saya  membutuhkan bekal tersebut?

Karena saya ingin mengikuti dan dapat melewati seluruh proses pembelajaran IIP dengan baik. Karena saya berkeinginan untuk menjadi Ibu Profesional, menjadi perempuan yang dapat belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak baik sebagai individu, istri dan ibu.


HOW

Bagaimana caranya agar saya dapat memiliki bekal tersebut?

Agak bingung menjawabnya, tapi menurut saya ya dengan melaksanakan dengan apa yang sudah menjadi komitmen saya sebagai Mahasiswa IIP. Selain itu dengan memaknai bagaimana agar proses belajar ini dapat dilakukan dengan maksimal dan tepat sasaran. Sayang dong, sudah jadi mahasiswa untuk ke-3 kalinya masih juga belum bahagia belajar. Ups.

Terakhir, apakah ini benar? apakah ini baik? apakah ini bermanfaat? Hingga saat ini, saya bisa memberikan jawaban ya untuk ketiga pertanyaan tersebut. 

Yes, yes, yes. 

Bismillah, semoga 3 hal yang saya pilih sebagai bekal saya dalam menjalani Matrikulasi #10 dapat saya manfaatkan semaksimal mungkin, sekaligus menjadi pengingat dan penyemangat dalam perjalanan ke depannya.

Semangat!

Jadi apa bekalmu untuk menjelajahi Samudera Amarta? 

Mana bekalmu? 

Ini bekalku!










Comments

Popular Posts