Jurnal Zona 1 Hari 4 Self - Awareness #Bunda Sayang


 

Sudah 1 pekan sejak mulai aktivitas sebagai mahasiswa Bunda Sayang. Iyaaa sekolah lagi beneran kaya kuliah full time kelas dan tugasnya (kuliah aja kayanya ga sampe tantangan 14 hari nonstop. Eeeh gimanaaa. Gapapa, jadi makin aware (sesuai tema zona 1) aware sama tugas 14 hari tantangan, aware sama diri juga karena temanya mengulik tentang diri sendiri. Mau tidak mau, sempat tidak sempat, jadi ada momen khusus untuk bermuhasabah atau refleksi dan mengingat kembali. Oh aku dulu begitu, aku dulu begini. Ingin ini ingin itu banyak sekaliii (nyanyi ga?). 

Yang pasti, karena ada reminder untuk mengerjakan tantangan, membuat diri ini jadi lebih peka dalam manajemen waktu. Kenapa? Karena artinya aku perlu meluangkan waktu minimal 1 jam untuk membuat jurnal Bunda Sayang. Artinya akan ada 1 jam yang dihabiskan untuk kegiatan yang lebih bermakna dan dilakukan dengan mindful. Alhamdulillah bisa juga ternyata ngatur domestikan, bikin jurnal dan masih sempat mengerjakan tugas harian kelas lainnya. Gomawo for myself. Terimakasih Allah telah memampukan diriku, menunjukkan bahwa hei kamu hamba Allah, kamu bisa kok (kadang males aja haha).

Kemudian kami diminta menuliskan surat untuk dari diriku untuk diriku di masa kini. Dari aku, untuk aku. Nulis nulis sendiri, baca-baca sendiri (plis jangan nyanyi, dah malem ini dikau belum posting).

Habis nulis surat lalu membacanya (masih secara lirih aja ya, mau baca kenceng uda mo mbrebes mili aja). Lagian lebih memilih menuliskan surat yang berisi dorongan dan apresiasi buat diri sendiri. Everything happened for reasons! Pas banget dicocokin sama isi kajian NgeSlow hari ini. Mas Weemar berkisah kalau dulu beliau pernah kemalingan Scoopy terus sedih, nangis (iyalah namanya kemalingan). Little did he know, Qada dari Allah menakdirkan beliau dapet ganti Vino dari salah seorang jamaah. Ga lama kemudian dituker sama NMax (dibantu jamaah juga). Seandainya beliau tahu maksud Allah untuk memberinya upgrade dari Scoopy ke NMax, seharusnya pas kemalingan tidak perlu sedih, melainkan bahagia. Yes, aku kemalingan! 

Tapi yang namanya manusia tentu tidak tahu apa yang akan dialami di masa depan, sibuk menerka-nerka. Kok aku begini ya? Baru ketika sudah ada di kondisi setelahnya, baru deh paham (kalo paham) ooh, aku ternyata harus mengalami ini dulu baru itu... Yaiya dong, namanya connecting the dots tentu saja setelah melihat ke belakang.

The same happened for me. 

Setelah membaca surat dariku untukku, aku berusaha memahami (masih berusaha yaa) maksud dari Allah yang ingin disampaikan kepadaku melalui rentetan peristiwa dalam hidupku. Sepanjang tahun penuh peristiwa bermakna, sampai sekarang pun. Mungkin aku yang dulu hanya menganggap selintas lalu, tapi setelah lebih aware terhadap diri, aku jadi lebih memaknai momen-momen tersebut. Entah pemaknaan sambil tertawa lugu, tersenyum simpul, penyesalan, atau kesedihan.

Sepertinya menulis surat untuk diri sendiri bisa menjadi salah satu rutinitas untuk mawas diri, peka terhadap diri sendiri, muhasabah, introspeksi apalah you name it, rehat sejenak untuk mengambil jarak dan menentukan langkah selanjutnya dengan mindful. 

Day 4 done!

Cheers!

Comments

Popular Posts