Jurnal Zona 3 Hari 14 Tahap Perkembangan Anak #Bunda Sayang


 Last day. Day 14.

Horeee.

Hari ini sudah merencanakan untuk deep cleaning kulkas. Sejak pagi sudah mematikan daya listrik kulkas agar bagian freezer mudah dibersihkan.

Sudah lebih dari satu bulan juga sejak mudik. Padahal saat mudik kami juga tidak meninggalkan kulkas dalam keadaan menyala. Alasannya trauma karena tahun lalu saat mudik, ada insiden tegangan listrik di komplek naik turun tidak stabil. Efeknya berimbas ke alat elektronik. Pas tegangan tidak stabil, pas ada pipa freon bocor. Jadi deh, kulkasnya rawat inap. Kalau di Jawa mungkin ada opsi tukar tambah. Entah kenapa di sini belum nemu. Satu-satunya opsi adalah masuk tempat service untuk perbaikan.

Balik lagi ke topik deep cleaning kulkas. Sudah 2 hari kami menemukan ada set (apa ya tulisannya), bakal belatung gitu. Padahal tidak ada barang busuk di dalam rumah. Tapi memang dapur kami masih terbuka dan berbatasan dengan tanah kosong yang ada rawa-rawa.

Saat di tengah proses pembersihan, tiba-tiba pakde pulang lebih karena memang ada keperluan untuk keluar rumah lagi denganku. Jadilah harus langsung menata kembali beberapa bahan makanan yang harus masuk kulkas.

Pakde : Istriku ini sebenernya kalau menata isi kulkas di awal sudah bagus. Cuma kurang maintenance aja (ngomong gini tapi mukanya kelihatan seneng banget liat kulkas rapi)

Bude : :))))

Begitulah respon pakde. Kuakui memang aku belum baik urusan penataan barang-barang. Itulah yang selalu jadi keluhan pakde. Hmm, inilah yang disebut suami istri pakde. Saling melengkapi, yang satu menata, yang satu....

:))))

Ngobrolin tentang kulkas, pas ngobrol dengan kawan Melayu (Malaysia dan Singapura) mereka bingung kenapa aku menyebut kulkas. Kalau di mereka sebutnya fridge atau peti sejuk. Usut punya usut, Indonesia sebagai negeri jajahan Belanda, banyak mengadopsi kosakata Bahasa Belanda. Salah satunya kulkas (koelkast). Atau ketika kami dulu mencari toko yang menjual obat saat aku sakit pas di Belanda. Otomatis mata mereka mencari tulisan drug store. Sementara itu ketika melihat tulisan Aphoteek, langsung mengenali kalau itu toko obat. Pun hal yang sama ketika mencari toilet. Padahal ada tulisan WC buesar banget. Dengan polosnya mereka bertanya apa itu WC. Agak unik memang, kupikir kami yang sudah serumpun sudah cukup banyak kesamaan bahasa, tapi ternyata Indonesia banyak juga menggunakan serapan Bahasa Belanda.

Day 14 done.

Semoga apa yang kutulis ini tidak jauh melenceng dari harapan pembelajaran zona ini. Jujur, kalau yang lain sangat menantang karena perlu praktik dengan anak. Aku pun merasa lebih-lebih karena partner praktik hanya dengan suami. Gapaoa, dinikmati saja apa pun itu prosesnya. Bisa nulis konsisten 14 hari aja alhamdulillah. Deg-deg an apakah selanjutnga masih bisa konsisten melaksanakan misi zona berikutnya. Kalau dibilang awang-awang, mungkin aku termasuk yang awang-awang. :)

Cheers.

Comments

Popular Posts