Jurnal Zona 7 Hari 8 Pendidikan Seksualitas #BundaSayang



Hari ini kelompok 7 mendapatkan giliran untuk melaksanakan presentasi tentang peran ayah dalam pendidikan seksualitas.

Disebutkan bahwa Indonesia sebagai negara fatherless ke-3 dunia.
Kenapa bisa fatherless? Karena kebanyakan sistem di Indonesia menggunakan patrilineal, mereduksi peran ayah dalam keluarga dan membuat anggapan bahwa peran hanya terbatas pada kecukupan material saja. Tidak mencakup kewajiban ayah dalam memberikan pendidikan di rumah kepada anak. Apalagi ditambah dengan beban pekerjaan ayah yang lebih berat. Padahal mah kalo ibunya juga sama-sama kerja. Tapi tetep aja yang mengurus anak hanya ibunya. Pokoke semuanya ibu, yang ke posyandu ibu, yang ada kartunya juga cuma kartu ibu dan anak wkwkkw.

Dijelaskan juga alasan kenapa ayah tidak terlibat dalam pengasuhan anak. Salah satunya adalah karena kurangnya role model pengasuhan. Karena ortunya dulu jadi ya berlanjut. Sisanya lebih ke kurangnya ilmu sebagai ayah jadi hanya sekadar melaksanakan kewajiban utama sebagai pencari nafkah. Oiya, ketidak adaan peran ayah ternyata dapat berdampak terhadap si anak bahkan.

Setelah mendapat penjelasan tentang peran ayah dalam pendidikan seksualitas anak, jadi mikir. Materi dan ilmunya seperti sudah tersedia di mana-mana dan bisa diakses dengan bebas. Tinggal klik, tutul dan tonton. Permasalahannya, para ayah ini bakal nonton ga? Pernah dengar dari seseustadz, kenapa sih kalau ada seminar pernikahan atau parenting, pesertanya mayoritas atau bahkan hampir semuanya adalah perempuan. Apakah hanya perempuan yang mau belajar? Tidak heran, dampak tidak adanya peran ayah dalam keluarga sudah banyak terlihat di masa kini. Salah satu yang disebutkan adalah anak akan menjadi caper dan mudah dieksploitasi. Contoh yang sering kudengar adalah betapa ada banyak anak perempuan, belum menikah, status pacaran tapiiii bersedia ngapa-ngapain sama pacarnya. Bahkan ada yang bersedia untuk membiayai pacarnya, padahal jelas-jelas si pacar memanfaatkannya bahkan mungkin ada yang di tahap melakukan kekerasan fisik dan mental tapi sang perempuan tetap tidak mau meninggalkannya. Aduh biyung.

Ngomong-ngomong masalah praktek, kendati belum punya anak, mengajak pasangan untuk belajar hal-hal baru memang syuliit dan tidak mudah. Tapi insya Allah pelan-pelan mau mencoba untuk mengajak suami. Tadi ada banyak tips untuk belajar apresiasi terhadap suami. I-message, jangan U- message. Pokoke dukung para ayah dan para suami. Termasuk dengan menjadi tameng ketika ada yang nanya, "Lhoooo koo suaminya cuci piring sendiri?"
Tinggal kau jawab, "Emangnya cuci piring itu dosa?"

Membiasakan apapun aktivitas di rumah adalah sesuatu yang genderless, sebagai anggota keluarga, maka jalani seluruh peran yang seharusnya ada di rumah.

Day 8 done.

Cheers.

Comments

Popular Posts