Kenangan I'tikaf di Masjid LIPI

 


Sudah masuk ke 10 hari terakhir bulan Ramadan, rasanya memoriku melayang ke masa tingkar akhir di jaman kuliah. Inilah yang dinamakan hidayah datang entah dari mana tanpa mengenal waktu dan orang. Padahal satu tahun penuh sebelumnya ketika masih ngekos di area Tamansari yang notabene sangat dekat dari Masjid Salman ITB, aku tidak pernah sekalipun melaksanakan tarawih di sana. Tapi semua berubah ketika negara api menyerang pindah kosan ke Cisitu Baru.

Ternyata hikmah dari pindah kosan ini adalah dekat dengan Masjid LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Sampai sekarang bahkan aku tidak tahu nama da bentuk asli masjidnya karena selama ini masuk lewat pintu belakang. Kalau dibilang komplek impian waktu masa kuliah tentu daerah Cisitu Baru yang hits ini. Dekat ke mana-mana dan rasanya asri.

Entah siapa yang mengajak lebih dahulu, sepertinya selama 2 Ramadan terakhir kuhabiskan dengan melakukan i'tikaf di sini. Kalau ditanya beneran i'tikaf atau tidak, sebenarnya lebih ke begadang tilawah Quran sambil mengerjakan Tugas Akhir (TA) pada waktu itu. Ketimbang terancam dengan ketiduran di kosan, lebih baik diam di masjid bersama dengan teman-teman lainnya. Apalagi ditambah iming-iming adanya pojok minuman yang menyediakan Milo sachet yang bebas diseduh kapan saja. Gratis dong. Idaman para mahasiswa. Ditambah lagi ada fasilitas makan sahur, harganya 5000 saja kalau tidak salah.

Aku baru menyadari ternyata ini termasuk salah satu nikmat iman dan Islam yang Allah berikan kepadaku. Memiliki teman-teman yang mengajak kepada kebaikan. Bahkan aku bertemu seorang kawan baik yang berbeda jurusan, namun kami masih intens berkomunikasi sampai sekarang. Level pertemanan yang sudah sampai ke tahap liburan ke luar kota dan luar negara bersama, bahkan sampai ke tahap i'tikaf bersama ketika aku masih di Jakarta.

Kebiasaan i'tikaf alhamdulillah masih berlanjut ketika aku bekerja di Jakarta. Dalam ingatanku, awalnya sempat i'tikaf di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan. Lalu tahun-tahun terakhir di Jakarta mencoba i'tikaf di Masjid Istiqlal dan Masjid Bank Indonesia. Paling nikmat memang di Masjid BI ya atmosfernya. Best lah sholat malamnya. Ketika itu, moment i'tikaf tentu menyesuaikan dengan jadwal akhir pekan saat tidak bekerja. Jangan dikira hanya perempuan lajang semua yang beri'tikaf ya. Tidak sedikit bahkan yang juga memboyong keluarganya. Masya Allah.

Tentu semua itu berubah ketika seorang mengambilku sebagai beban sudah menikah. Duh, rindu rasanya beri'tikaf lagi. Di Balikpapan ini, jujur belum pernah mencoba untuk i'tikaf. Masjid terdekat di sini hanya menyediakan tempat bagi yang 10 hari berturut-turut i'tikaf. Aku tentu masih harus berbakti sebagai seorang istri di rumah. Semoga suatu saat bisa menghadirkan atmosfer 10 malam terakhir Ramadan untuk keluarga kecilku. Semoga kelak Allah mudahkan anak keturunanku untuk merasakan nikmatnya berkhalwat dengan Allah mengejar lailatul qadr.


Cheers.


Comments

Popular Posts