Rinduku pada ...
Dalam ingatanku di masa SD, aku punya meja belajar berwarna merah muda. Bentuk dan warnanya persis dengan milik adik. Maklum, pada jaman itu sepertinya hanya ada1 merk saja ayng sudah menawarkan furniture paling baru. Sebut saja namanya Olympic (lah ini mah nama asli ya).
Materialnya jangan ditanya. Kayu MDF yang langsung meleyot seperti hatiku ketika terkena banjir. Dan pada akhirnya banjir juga yang membuat meja belajar tersebut pesiun. Sebagai gantinya, kami menyimpan buku-buku kami di dalam lemari jati milik orang tua. Eh? Meja belajar dari kayu jati juga? Tentu saja tidak.
Karena satu dan lain hal yang tidak kupahami. Sejak SMP sampai lulus SMA, aku belajar tanpa menggunakan meja. Aku belajar di atas kasur tingkat. Bukan yang tinggi ya. Yang bagian bawahnya rendah. Entah kenapa tidak terpikir membeli meja belajar ala anak-anak yang bisa dilipat (atau pada saat itu belum ada).
Maka impianku pada saat itu adalah bisa punya kamar sendiri yang luas. Seperti di film-film di mana seorang anak punya kamar pribadi dan meja belajar di dalamnya. Tidak hanya ada kasur tapi kamar tersebut masih bisa tersisa luasan yang dapat digunakan untuk solat dan bermain. Yah, minimal seperti model kamar di drama Jepang atau Korea.
Berlanjut ke masa kuliah, tentu saja kini aku mendapatkan kamar pribadi (ya ngekos lah ya) wkwkwk. Kamar tidak hanya berfungsi sebagai tempat tidur dan belajar tapi juga sembarangkalir. Dari tempat kos pertama dan kedua, aku masih belum menemukan kamar dan tempat belajar yang ideal. Baru kemudian setelah pindah ke kosan ke-3 (yang juga menjadi kosan terakhirku) barulah rasanya aku merasakan kenyamanan memiliki kamar dan meja belajar.
Kamar kos yang ke-3 ini memang ukurannya cukup luas. Kasur dilengkapi dengan rangka tempat tidur, jadi aku bisa menggunakan kolong kasur sebagai tempat penyimpanan. Lalu disediakan lemari yang cukup besar. Seingatku aku tidak memerlukan tambahan kotak penyimpanan lagi. Kemudian ada meja belajar yang cukup besar. Ada pula cermin di dalam kamar. Ditambah lagi masih ada sisa luasan untuk solat dan jika ada teman datang berkunjung. Oh iya, kamar ini juga memiliki jendela yang besar dan mendapat akses matahari. Sungguh kamar impian. Why I am obsessed having a room with such a big window? Wkwkwkwk.
Petualangan dengan kamar impia berlanjut ke masa kerja saat kos di Jakarta. Kali ini karena sudah bekerja, tentu saja meja belajar tidak menjadi prioritas utama. Tapi minimal selalu ada meja lipat di dalam kamar. Obsesiku dengan meja belajar terobati karena di kantor difasilitasi dengan meja yang cukup besar. Rasanya wah gitu.
Hingga kemudian aku memutuskan berhenti bekerja di ranah publik, aktifitas belajar harus berpindah ke rumah. Aku tidak terlalu menyadari kebutuhanku akan meja belajar sampai pada akhirnya melihat konten para ilustrator yang berseliweran di linimasa. Rata-rata mereka memiliki meja kerja untuk mendukung pekerjaan mereka.
Aku yang selama 3 tahun terakhir ini hanya dipuaskan dengan menggunakan meja lipat, merasa bahwa aku semakin tidak produktif ketika belajar di atas kasur. Dengan tekad untuk berubah di tahun 2024 (helloooo sudah bulan 5 baru mau berubah wkwkwk), aku mulai window shopping bentuk meja belajar yang bisa kugunakan.
Karena di kota ini hanya ada Informa sebagai toko furniture terbaik yang menyediakan berbagai macam desain, maka mau tidak mau pilihanku hanya terbatas di sana (aku kangen Ikea). Awalnya ingin memilih kursi berwarna merah muda (biar senada dengan lemari di dalam kamar). Namun setelah mempertimbangkan kualitas dan kenyamanan material serta setelah melihat-lihat dan menyesuaikan kondisi rumah, pilihanku jatuh kepada meja dan kursi berwarna hitam.
![]() |
Nanti pelan-pelan dicakepin yak. Yang penting bermanfaat dulu |
Bismillah semoga bisa memberikan suntikan besar bagiku untuk memulai ikhtiar pindah karir dan mulai bekerja dari rumah. Aamiin. Selamat belajar lagi untukku yang sudah melewati masa 3 tahun setelah berhenti bekerja di ranah publik. Kalau kata seorang kawan yang kukirimkan foto meja belajar, “Kamu kangen sama (tempat kerja) ya?” Absolutely i say yes. Doakan aku ya!
Kalau kamu lagi kangen apa nih? Please ada yang sama dong, kangen kerja juga seperti aku >.<
Cheers.
Comments
Post a Comment