RAMBLING IN RAMADHAN

Tidak terasa saya sudah skip 1 bulan tidak menulis di blog, yang artinya saya melanggar komitmen saya sendiri. Hiks, maafkan ya *siapa juga yang peduli ya hahaha

Sejujurnya di antara akhir bulan Maret dan awal April kemarin menjadi salah satu waktu tersibuk dan tergalau saya. Namun dibalik itu saya mencoba mengambil sisi positifnya bahwa Allah Maha Baik. Bahwa selama ini doa-doa, keinginan sederhana dan keluhan yang saya ucapkan dalam hati ternyata sudah dikabulkan oleh Allah. Bukan hanya sekarang tapi sudah sejak dulu (hanya saja manusia dudul ini yang kurang peka, duh)

Memasuki bulan Ramadhan kali ini saya kembali menuliskan targetan saya (dan tentunya ingin lebih baik dari Ramadhan ini). Oke kembali ke topik, karena saya masih bingung bagaimana menentukan topik yang baik dan belum bisa konsisten seperti blogger-blogger terkenal lainnya, kali ini saya akan membahas kajian yang saya ikuti bulan lalu.

Kajian ini sebenarnya bukan kajian rutin yang diselenggarakan oleh Masjid Astra, namanya Dauroh Muslimah Taman Surga Masjid Astra. Begitu tiba di lokasi, hampir seluruh peserta adalah bergamis hitam dan memakai cadar. Ups, saya jadi merasa rendah diri. Alhamdulillah tidak terlalu saltum karena saya juga mengenakan gamis warna hitam. Haha.

Dengan biaya sebesar Rp 60.000, pada saat pendaftaran seluruh peserta diberikan goody bag yang caem berisi notes, alat tulis, air minum dan tak lupa snack, makan siang dan kopi gelas ala-ala kafe *foto menyusul karena goody bag dibawa suami haha*

Dimulai dari sesi 1 yaitu Urgensi Mempelajari Bahasa Arab oleh Ustadz Abu Ya'la Kurnaedi, Lc (pemateri kajian Radio Rodja). Topik inilah yang awalnya menjadi pemicu saya mengikuti dauroh ini. Karena saya sudah pernah belajar bahasa Arab, dulu semasa di kuliah di UK (ngapain coba belajar bahasa Arab sampe sana) dan di Jakarta dengan metode kelas online yang ternyata hanya bertahan hingga materi 12 (tiba-tiba saja kelasnya tidak ada kabar). Saya akui belajar bahasa Arab perlu effort yang besar, mengingat pengalaman belajar sebelumnya dengan 1 kali jadwal belajar mingguan dan PR yang setumpuk (PR tulis, PR baca dan PR rekaman) juga masih belum bisa membuat saya fasih. Ditambah lagi saya merasa, bahasa Inggris saja saya bisa, bahasa Korea pun saya bela-belain belajar. Terus kenapa saya malas untuk belajar bahasa Arab???? Why oh why but i don't know why.

Dari sesi 1 inilah saya merasa tertampar. Yap. Kata pak ustadz. Bagaimana seorang muslim tidak menguasai bahasa Arab sedangkan Al Quran dan hadis yang kita jadikan pedoman hidup adalah dalam bahasa Arab. Oke, jaman sekarang memang sudah ada yang menterjemahkan keduanya. Namun, jika seseorang tidak menguasai bahasa Arab maka orang tersebut tidak akan mampu memahami inti dari ilmu yang ada pada Al Quran dan hadis. Huaaa....

Contoh yang diberikan (semoga saya tidak salah menyampaikan), pada surat Al Fatihah ayat 5. Kalau dilatinkan seperti ini kira-kira "iyya kana'budu wa iyya kanasta'in" ada huruf (Ya) yang ditasydid jadi cara membacanya harus didobel namun terkadang ada yang pengucapanya tidak sesuai tajwid dan dibaca tanpa tasydid menjadi. Perbedaan cara baca tersebut berakibat menjadi terjemahan yang berbeda dari awalnya "Hanya Engkaulah yang kami sembah" menjadi "hanya kepada matahari kami menyembah" (seperti itu ya karena saya juga menyampaikan apa yang saya dengar. Contoh 1 lagi adalah kata "nikmat" yang berasal dari bahasa Arab "ni'mah", dimana terkadang ada yang melebih-lebihkan menjadi "niqmat" (keniqmatan yang hakiki, yang sering diucapkan netizen). Arti ni'mah adalah kenikmatan berkah anugerah, sedangkan "niqmat" dalam bahasa Arab artinya adalah adzab.

Maka kemudian saya menjadi tersadar bahwa belajar bahasa Arab adalah penting. Hiks. Bagi yang belum lancar mengaji maka disarankan untuk melancarkan bacaan ngaji dan tajwidnya sebelum melanjutkan ke bahasa Arab. Sasarannya sih ibu-ibu yang sudah lanjut usia namun belum lancar mengaji. Hehe.

Berlanjut ke sesi 2 yaitu Mengenal Jalur Periwayatan dan Sanad Al Quran oleh Ustadz Miftahul Arifin, Lc (Pengajar Sanad Al Quran IC Wadi Mubarak). Psst, ustadznya masih muda tau. Kelahiran 1991. Dari sesi beliau saya baru paham bahwa apabila seseorang ingin menghafal Al Quran maka sanadnya harus jelas. Sanad adalah sumber dari si guru itu sendiri. Dan yang lebih bikin masya Allah adalah metode ujian meghafal Al Quran adalah dengan langsung membaca di hadapan gurunya tanpa boleh ada 1 kesalahan sedikitpun mulai dari Juz 1 hingga Juz 30. Bagaimana jika ada kesalahan satu saja? Ulang lagi dong. Artinya orang yang dianggap sudah hafal Al Quran adalah bukan main-main.
Beliau sudah mengantongi 5 sanad. Sedangkan di dunia ini saja total ada 7 sanad, jadi tinggal 2 sanad lagi. Melihat beliau saya menjadi berpikir, terus selama ini apa yang sudah saya lakukaaaaan????
*masih jauh ya, sendirinya masih suka nonton drakor, makan makanan aneh, ibadah masih biasa-biasa saja - yang mana faktor hiburan dan makanan dianggap sebagai yang menghambat hafalan Al Quran.

Di sesi ke-2 ini diadakan kuis yang mana sebagian besar adalah tes hafalan Al Quran yang mana ternyata banyak sekali peserta yang hafal dan bacannya sangat bagus. Kutak tahu lagi harus berkata apa. Intinya dari dauroh ini saya mendapatka banyak ilmu karena menyadari ilmu saya yang masih dangkal.

Oke, cukup sekian ya. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.


cheers


Comments

Popular Posts