Liburan Idul Adha

Idul Adha kali ini ternyata ada rencana yang meleset. Meleset dikarenakan seharusnya bisa berlebaran bersama pak RT (baca : suami) di Jakarta, namun ternyata jadwal dinasnya mundur karena satu dan lain hal. Hiks. Yasudahlah ya apa mau dikata. Ingin hati menyusul kesana tapi kok capek duit dan capek raga juga. Apalagi 2 minggu yang lalu saya baru saja menjalani pelatihan ala militer di Pulau Exxx yang sangat menguras tenaga, kemudian minggu berikutnya juga ada agenda. Jadilah saya ingin menghabiskan minggu ini dengan berleha-leha.

Ternyata oh ternyata, saya baru teringat kebiasan baik bapak kosan saya yang akan selalu mengundang makan bersama di rumahnya setelah sholat Idul Adha, yang mana saya agak malas. Ditambah lagi kawan-kawan satu lantai kosan ternyata cuti semua. Hu..hu... i would be alone and i dont want. Maka saya memutuskan pergi ke Rorotan dimana lokasi tersebut menjadi komplek perumahan wanita-wanita single di kantor saya. Hahaha.

Tujuan awalnya selain menginap tentu saja untuk melihat isi rumah mereka. Secara dulu saya sudah sempat kesana namun masih pada tahap pembangunan. Jadilah ini saatnya untuk melihat hasil desain interior rumah masing-masing yang super wow sekalian mencari referensi untuk meja makan.

Sampai disana ternyata semua rumah sudah terisi lengkap, mulai dari ruma nomor 1 dengan kompor fenomenal alias kompor tanam, ditambah dengan penataan printilan dalam rumah yang cukup oke. Rumah ke-2 sayangnya saya belum sempat masuk karena empunya main ke rumah sebelah dan kemudian saya lupa kesana lagi. Rumah ke-3 cakep juga tapi lebih lapang secara pemiliknya tidak punya banyak barang, tapi cukup wow dengan kompor lengkap dengan oven. Rumah ke-4 tentunya yang paling fantastis, ada piano digital dan dapur lengkap dengan kitchen set daaaan taman seharga 3 juta. Wkwkwkw. Tidak apa-apa menghabiskan duit selama untuk keperluan rumah sendiri. Oh iya, nama pemilik rumah saya rahasiakan demi menghormati privasi mereka.

Esok paginya kami melaksanakan sholat Idul Adha di lapangan dekat rumah. Meski saya sedang tidak sholat, saya tetap ikut ke lapangan (mungkin lain cerita kalau saya di rumah sendiri maka saya tidak akan berangkat ke lapangan haha). Satu hal yang sangat mengganggu bagi saya, meski di tempat lain juga bisa jadi hal yang sama. Kebanyakan ketidaksempurnaan sholat berjamaah yang masih umum di masyarakat kita adalah renggangnya antar shaf dikarenakan penggunaan sajadah. Ternyata di tempat ini ada lagi selain itu, yakni tidak lurusnya shaf. Hal tersebut dikarenakan posisi kiblat yang miring sedangkan dari panitia tidak memberikan garis pemisah shaf untuk membantu, ditambah tidak ada panitia yang bertugas mengatur terutama di bagian ibu-ibu. Jadilah shaf sholat menjadi sangat berantakan. Duh, sayang..

Anas radhiyallahu 'anhu berkata , "Iqamah shalat telah dikumandangkan, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengahdap kami kemudian berkata, 'Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku." (HR Bukhari no 719 dan Muslim no 434).

sumber dari sini

Gara-gara ini jadi kangen Masjid Salman deh. Masjid yang shaf wanitanya bisa lurus dan rapat dengan sendirinya. Hiks. Padahal dulu suka males ke Salman (penyesalan selalu datang belakangan).

Anyway, saya mau share postingan IG dari seseorang@handokohendroyono saat Idul Adha tahun lalu.









Comments

Popular Posts