Bersiap Menjadi Change Maker #MATRIKULASI 10 INSTITUT IBU PROFESIONAL

 


Alhamdulillah Misi 10, horeeeee!!!

Kali ini tema besarnya adalah Bersiap Menjadi Change Maker, hmm. Kalau coffee maker mah gampang ya, tinggal pencet, jadi deh! Nah, kalau change maker artinya harus dimulai dari diri sendiri bukan? I must change before become a change maker. Maka untuk misi kali ini saya putuskan untuk mengambil langkah kecil untuk diri saya sendiri.


Sudah sejak lama mengamati isu tentang sampah yang semakin menggunung, lalu mengamati bahwa setiap melewati truk pengangkut sampah, jumlah yang diangkut bisa sampai menggunung. Artinya 1 rumah bisa saja menghasilkan 1 tong sampah per hari. Kemudian setelah menjalani peran di ranah domestik secara penuh, saya baru menyadari jumlah sampah yang dihasilkan bahkan hanya dari aktivitas memasak saja. Belum termasuk konsumsi barang lainnya yang berpotensi menimbulkan sampah seperti belanja online (oh yes, belanja online tuh sampahnya ih wow sekali), Tapi kalau tidak memasak, artinya perlu membeli makanan jadi di luar. Bungkus. Oh yes, bungkus. Maka another sampah lagi guys. Kalo kata suami, plastik teruuuus! Duniaku penuh plastik.


Dari permasalahan yang saya amati di atas, kemudian saya coba apa yang bisa diterapkan secara mandiri di rumah. Saya coba membuat kompos sederhana. Mencacah sampah-sampah organik dari dapur untuk dijadikan kompos. Alhamdulillah, volume sampah tentu saja berkurang, berbonus bibit tanaman yang tumbuh subur dari kompos. Iya, rimpang jahe, kunyit yang sudah membusuk saya buang, namun ternyata tumbuh subur di dalam kompos. Untuk sampah kemasan makanan, saya masih belum menemukan tempat penampungan untuk jenis sampah tersebut. Namun yang bisa saya lakukan adalah dengan mengkonsumsi jenis makanan kemasan dalam jumlah kecil. Kebetulan saya juga sedang diet produk upf seperti biskuit, minuman kemasan, dan segala sesuatu yang sifatnya pabrikan termasuk dengan frozen food meski belum 100%. Tapi intinya, ada usaha lebih untuk mengolah sampah rumah tangga agar tidak hanya berakhir di tempat pembuangan sampah. Termasuk usaha saya untuk mengolah sampah kulit udang untuk jadi kaldu bubuk *repot sih ya. Tapi meniadakan sampah yang berbau seperti kepala udang itu sungguh menentramkan hati guys. Biar sampahnya juga ga diobrak-abrik kucing. :( Oh iya, memberi makan kucing dengan sisa tulang ayam dan ikan juga bisa jadi salah satu solusi mengurangi sampah berbau.

Begitu pun saat berbelanja, saya berusaha membawa tas belanja yang bisa digunakan berulang agar tidak perlu menggunakan plastik sekali pakai. Agak sulit karena kebanyakan orang masih sering memberikan plastik. Bahkan ibu tukang sayur selalu bilang, "Diplastikin dulu bu, jadi tas belanjanya ga kotor" Hahaha, terus jadi dobel dong. Gapapa. Pelan-pelan kita sampaikan. 

Hal yang sama saya terapkan ketika membeli jajanan seperti gorengan atau gethuk atau bahkan donat lho. Saya gunakan wadah kotak makan sehingga tidak perlu menggunakan bungkusan. Tidak perlu bikin sampah baru dan langsung bisa dinikmati dari kotak tanpa perlu di atur ualgn di atas piring. Hanya saja belum ke tahap untuk beli makanan besar seperti nasi bungkus, soto, dan lauk-pauk lainnya. Pelan-pelan ya guys.


Lalu untuk misi berikutnya, membuat surat cinta untuk orang tercinta, yaitu suami. Saya menuliskan surat cinta saya melalui aplikasi Telegram. Isinya tentu saja rahasia, tapi mencakup apa yang terlihat dalam gambar. Isinya permintaan maaf, ucapan terimakasih, pernyataan cinta dan doa untuk kami berdua. Pokoknya isinya gado-gado. Kutulis malam hari dan kukirimkan esok paginya sebelum suami berangkat ke kantor. Saat kuminta responnya, dijawab dengan "sama-sama" ditambah dengan pelukan. Kalau urusan berkata-kata memang suami tidak bisa berkiti-kiti, karena love language suami lebih ke tindakan kasih sayang. Misi kali ini sungguh pas banget dengan kondisi kami berdua minggu ini yang tiba-tiba sibuk. Alhamdulillah, Allah kirimkan saya seorang suami yang sabar meghadapi istrinya yang banyak mau ini. :p

Kalau ditanya, bagaimana perasaaan saya saat mendapat respon dari surat cinta untuk suami? Sungguh tidak bisa dituliskan dalam kata-kata dan saya wujudkan dalam emoticon di bawah ini. 



Alhamdulillah sekali lagi. Rangkaian kegiatan perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional bisa saya lalui dengan jatuh bangun dan segala kehebohannya. Dengan kuasa Allah, support suami dan motivasi dari teman-teman satu grup yang selalu meramaikan, saya bisa menyelesaikan semua misi dengan segala ketidaksempurnaan yang saya miliki. 

Minggu terakhir ini sungguh penuh kejadian tak terduga dan pas sekali dengan emoticon di atas. Bismillah, ada maksud dari apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Semoga saya dan suami bisa mengambil hikmah dari apa yang kami lewati bersama-sama. Seperti apa yang Allah ujikan kepada Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa Idul Adha.

Karena pas momennya, saya ingin mengulang berbagi tulisan yang populer muncul ketika Idul Adha.

Setiap kita adalah Ibrahim

Keluarga, jabatan, kekayaan yang kita miliki adalah Ismail yang kita cintai, sayangi dan pertahankan.
Allah tidak menyuruh Nabi Ibrahim untuk membunuh Nabi Ismail, tapi Allah hanya meminta untuk membunuh rasa memiliki Ismail. Karena hakikatnya semua adalah milik Allah.
Semoga Allah menganugerahkan kita kesolehan Ibrahim dan keikhlasan Ismail.

Comments

Popular Posts